Raja Porhas Siregar Menjadi Penguasa Muara Toba

PERJALANAN PANJANG SIREGAR II

Setelah penyelamatan yang dilakukan oleh Simatupang pada saat penyerangan yang dilakukan Sinaga, Aritonang dan Panggabean terhadap Siregar hingga ke tepi pantai, perjalanan keturunan Siregar selanjutnya mengikuti Solu Abangnya Simatupang walaupun dengan kondisi over load.

Akhirnya Solu mendarat dan Keturunan Simatupang memilih untuk tinggal di Laguboti, sedangkan adiknya Siregar di tempatkan di Sigumpar. Dengan demikian, Siregar masih dapat sesekali menjumpai abangnya Simatupang untuk meminta bantuan, kapan saja diperlukan.

Siregar memulai kehidupan baru yang mandiri di Sigumpar, abangnya Simatupang membantu agar dapat membangun perkampungannya dengan memberi bibit tanaman dan binatang ternak untuk dipelihara. Tidak lupa diberikan nasihat agar Siregar dapat hidup lebih baik dan memiliki tata krama di tengah masyarakat.

Begitu besar rasa sayang dan keyakinan Simatupang bahwa Siregar akan hidup lebih baik, hingga memberikan putrinya menjadi istri Siregar. Adiknya pun berjanji untuk hidup lebih baik dan mendengarkan nasihat abangnya, menjaga keluarga dan meraih masa depan.

Tidak lama kemudian di Sigumpar berjangkit lagi penyakit Gatal, keturunan Siregar pun terpecah lagi menjadi dua bagian. Siregar yang tidak puas dengan berdiam di kampung mengambil keputusan untuk mencari tempat yang baru, tujuan mereka adalah Muara, Sedangkan yang lain tetap di Sigumpar.

Letak Muara yang jauh dari Laguboti sangat tepat bagi kelompok Siregar yang tidak mau terlalu di atur oleh abangnya Simatupang, yang telah berubah menjadi kelompok hula-hula. Letak muara sangat strategis yang berada diatas delta kecil, didepannya Danau Toba sedangkan di belakangnya adalah tebing dengan ketinggian 400 meter. Sedangkan disampingnya adalah pulau Pardopur.

Dari tinjauan geografis, tempat itu tidaklah sesuai untuk di jadikan daerah pertanian maupun peternakan. Namun Siregar memang bukan berniat untuk menjadi petani, apalagi daerah sekitar tersebut penduduknya kosong.

Keturunan Siregar pun menduduki muara tersebut dan kondisi Muara dan pulau Pardopur yang sangat strategis tersebut memiliki posisi yang sangat baik sebagai benteng alami. Maka yang mereka lakukan selanjutnya adalah menjadi penguasa Danau Toba di selatan.

Mengawasi lalulintas kapal yang lewat dan memungut pajak dari para pemilik kapal, demikian juga dengan para penangkap ikan. Pajak yang diminta juga tidak tanggung-tanggung 50/50. Artinya 50 persen dari pendapatan para penangkap ikan demikian juga dengan kapal yang membawa penumpang.

Raja Porhas Siregar menjadi pemimpin yang di takuti di Toba Selatan, sehingga para penangkap ikan dan kapal yang lalu lalang memberikan pajak yang diminta. Namun hal ini pula yang menjadi ketakutan masyarakat sekitarnya, hingga suatu saat muncul pemimpin baru yang menggerakkan gabungan kelompok marga untuk mengatasi kelompok Porhas Siregar di Toba Selatan.

 

 

 

Previous Article
Next Article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *