Sumpah Togar Natigor Siregar
PERJALANAN PANJANG SIREGAR III
Pajak yang diberlakukan oleh Anak buah Porhas Siregar di Toba Selatan meresahkan masyarakat kerajaan batak yang ada disekitarnya. Terutama Keluarga Sibagot ni Pohan yang tidak rela membayar pajak, akhirnya mereka menghimpun kekuatan saudara-saudaranya, yaitu keturunan Paet Tua, Sabungan dan Oloan.
Namun dari saudaranya itu tidak ada yang mau bersatu kecuali keturunan Oloan, itupun dengan syarat apabila mereka dapat mengalahkan Marga Siregar di bawah pimpinan Porhas Siregar, maka hak sebagai raja akan turun kepada marga Oloan.
Keturunan Sibagot Ni Pohan dengan terpaksa menyetujui kesepakatan tersebut, walaupun sebenarnya mereka sendiri ingin berkuasa, namun mereka butuh kekuatan besar untuk menghadapi marga Siregar di Muara. Maka terbentuklah aliansi pasukan Sorbadibanua.
Suatu sumber pustaha mengatakan bahwa Marga Siregar menjadi boru dari Dinasti Sorimangaraja yang berkedudukan di Sianjur Sagala Limbong Mulana, sehingga mereka menjadi kekuatan pendukung apabila kerajaan dalam bahaya.
Pada suatu saat, Raja Sorimangaraja mendapat serangan pemberontakan oleh Marga manullang yang ingin mengkudeta singgasana kerajaan. Namun marga marga Siregar dibawah pimpinan Porhas Siregar dapat membantu menumpas kudeta tersebut, sehingga kerajan menjadi aman kembali.
Moment ini dimanfaatkan oleh pasukan aliansi Sorba di Banua, pasukan Sibagot Ni Pohan datang dari Balige dan bersembunyi untuk siap menyerang Pasukan Porhas ketika dalam perjalanan pulang ke Muara dari menumpas pemberontakan Manulang.
Pasukan Si Bagot ni Pohan menghadang dari depan, sedangkan pasukan Oloan yang dipimpin Manghuntal Sinambela berada di belakang Pasukan Porhas siregar.
Porhas Siregar menyadari kalau posisinya sudah terjepit, sehingga melakukan perundingan dengan Panglima Manghuntal. Akhirnya disepakati, perang tanding satu lawan satu antara pemimpin pasukan, sesuai konvensi perang batak. Apabila salah satu pemimpin mati dalam perang tanding tersebut, maka anak buahnya dibiarkan hidup namun harus angkat kaki dari tempat tersebut.
Pertarungan pun dilakukan dan berlangsung lama, Porhas Siregar yang sudah tua dan baru saja menghadapi pertarungan melawan pemberontakan marga Manullang kewalahan. Akhirnya Porhas mati pahlawan demi kelompok marga Siregar agar tetap hidup dan keluar dengan selamat.
Namun yang terjadi adalah, anak buah Porhas Siregar tidak diperlakukan sesuai konvensi Batak. Mereka di kejar dan di buru hingga ke tebing-tebing yang tinggi. Akhirnya tinggallah anak-anak dan istri mereka karena dikejar dan diburu untuk dibunuh.
Ini kedua kalinya Siregar pergi dari tempat tinggalnya tanpa perlengkapan, barang bahkan keluarga wanitanya. Selanjutnya mereka dipimpin oleh Togar Natigor Siregar, dikejauhan dari atas dataran Tinggi Humbang mereka memandang ke Danau Toba dimana mereka pernah hidup nyaman baik di Lottung maupun di Muara.
Togar Natigor mengucapkan sumpahnya yang diikuti oleh Siregar lainnya, bahwa suatu saat nanti akan kembali ke Muara untuk membunuh Raja Oloan Sorba Di Banua beserta keturunannya.
Inilah awalnya Siregar dari Sipirok tidak pernah mengakui Dynasti Sisingamangaraja, karena merupakan trah dari Raja Oloan Sorba Di banua.