Delapan Cabang Marga Siregar
PERJALANAN PANJANG SIREGAR V
Siregar di bawah pimpinan Raja Parlindungan, mulai menata perkampungannya yang baru yaitu Pinarungan dengan menanam berbagai tanaman pokok seperti ubi ubian. Datanglah pasukan berkuda Gultom dari kampung Batunadua.
Marga Gultom dan Marga Siregar sebenarnya masih bersaudara, karena Gultom adalah turunan dari Pandiangan saudara tua Siregar dari keturunan Lottung. Dengan tegas Raja Garoga Gultom mencabut pedangnya di atas kuda sambil menyampaikan pernyataan :
- Gultom sudah memaafkan dan melupakan masalah di Lottung sebelas generasi yang lampu.
- Keluarga Siregar jangan membuat keonaran di daerah Pangaribuan.
- Jika Siregar hidup dengan sopan di Pangaribuan, keluarga Gultom menjalin hubungan keluarga dan siap menolong.
Di Pinarungan Keluarga Siregar dibawah pimpinan Raja Parlindungan Siregar hidup dengan tenang berdampingan dengan keluarga Gultom yang berada di Batunadua dan di Batumanumpak selama hampir setengah abad lamanya.
Namun semakin lama perkembangan keluarga Siregar sangat pesat, tanah pertanian yang dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga semakin sempit dan tidak mencukupi. Untuk itu, Raja Parlindungan Siregar dengan tangan besi membagi siregar sebagai berikut :
- Siregar Salak yang Sulung
- Siregar Dongoran
- Siregar Ritonga
- Siregar Baumi
- Siregar Pahu
- Siregar Ri
- Siregar Sormin dan
- Siregar Siagian (bungsu).
Raja Parlindungan memerintahkan mengadakan pesta dengan menyembelih 7 ekor kerbau. Untuk apakah ? ternyata sebagai perayaan selamat jalan kepada Siregar yang diperintahkan keluar dari Pinarungan Pangaribuan.
Dengan berlinang air mata Raja Parlindungan menyatakan :
a. Dari delapan cabang Siregar, hanya satu cabang marga yang dapat tinggal di Pinarungan Pangaribuan, karena bahan makanan pertanian dan peternakan hanya cukup untuk satu cabang tersebut.
b. Tujuh cabang dari Siregar terpaksa pergi merantau entah kemana dan berkampung dimana saja.
c. Cabang dari Siregar yang boleh tinggal di Pinarung Pangaribuan di tunjuk oleh Raja Parlindungan Siregar adalah Siregar Sormin yang paling baik hubungannya di daerah Pangaribuan sebagai Hula-hula dari marga Pakpahan serta boru dari marga Gultom.
d. Raja Parlindungan Siregar sendiri tidak memilih tempat yang enak di Pinarungan Pangaribuan, akan tetapi sebagai orang tua yang baik, akan membimbing Siregar Siagian (bungsu) ke lembah sungai Batangtoru.
Sebenarnya Raja Parlindungan Siregar mengantisipasi yang akan terjadi kemudian yaitu mencegah perang saudara dimana lahan yang semakin sempit akan menimbulkan pertengkaran antar saudara. Demikian juga Epidemi yang sewaktu-waktu mewabah tidak akan menyerang secara besar-besaran marga Siregar.
Dengan usianya yang tua dan juga meninggalkan perkampungan Pinarung Pangaribuan maka semua cabang marga tunduk dan mengikuti perintahnya. Raja Parlindungan Siregar pemimpin yang dituakan pada akhirnya tidak memiliki kuburan. Karena hanyut di Sungai Batangtoru yang sedang banjir.