Perubahan Bahasa Batak

Bahasa batak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, kemudian Ketika menyebar terjadi dialek yang dipengaruhi oleh daerah atau wilayah setempat. Sehingga ada beragam Bahasa batak sesuai dengan tempat masayarakat itu berada maupun berasimilasi dengan suku terdekat.
Bahasa batak dibedakan dengan adanya 6 puak yang berbeda wilayah yaitu :
- Bahasa Toba
- Bahasa Angkola
- Bahasa Mandailing
- Bahasa Simalungun
- Bahasa Pakpak-Dairi dan
- Bahasa Karo
Bahasa batak di di Tapanuli Tengah tentulah banyak dipengaruhi oleh dialek Minang yang kita sebut dengan Bahasa pesisir, demikian juga dengan Bahasa batak di Asahan yang dipengaruhi oleh dialek Bahasa Melayu.
Bahasa Simalungun hampir sama dengan Bahasa Toba dan sedikit mirip dengan Bahasa Mandailing karena dahulu masih satu kerajaan yaitu mulai Simalungun, Labuhan Batu hingga Padang Lawas yang kita sebut saat ini Kerajaan Poli atau Panei.
Sedangkan Bahasa Pakpak-Dairi adalah asimilasi antara Toba dan Batak contohnya kata berikut :
Bahasa Toba Sibirong
Bahasa Pakpak-Dairi Simbrengg dan
Bahasa Karo Sembiring
Sedangkan di Simalungun banyak kata dari Bahasa Toba, ditambah pada akhiran seperti kata berikut :
Bahasa Toba Saragi Sopo Pane
Bahasa Simalungun Saragih Sopou Panei
Pada awalnya Bahasa batak sangat kaya dengan Bahasa dan Sastra namun hilang dan tidak digunakan lagi, karena dengan masuknya agama Islam dan Agama Kristen, kosa kata yang banyak digunakan dalam pemujaan-pemujaan Roh dihilangkan dan tidak digunakan lagi.
Demikian juga dengan kedatangan Belanda untuk dapat menguasai Tanah Batak yang sangat kuat dan rapat pertahanannya karena jaringan “Dalihan Natolu” dengan menjalankan politik Pecah Belahnya. Menyebarkan rasa kebencian satu sama lain yang berakibat pula, banyak orang Batak yang tidak lagi mencantumkan marganya bahkan tidak perduli pada tarombo dan Bona Pasogitnya.
Sesuai dengan penggunaannya Bahasa batak terdiri atas :
- Bahasa yang dipakai sehari-hari (Hata Siapari atau hata parsaoran)
- Bahasa Sastra Batak (Hata Sisiasia)
-
- Andung-andung, Doding, Sidedeng, Ende-ende.
- Raksa, Torsa-torsa, Dungdang, Tonggo-tonggo.
- Poda, Tabas.
- Umpama, Umpasa, Tudosan, Gurindam, Patik, Padan, Pitara, Huling-hulingan
3. Ruhut Batak.
Demikianlah asal-usul perubahan kata yang terjadi didalam Bahasa batak dimana perubahan itu sangat besar dalam proses pembauran dengan suku dan wilayah setempat.
Pada umumnya Bahasa yang tua terdapat didalam kalimat Mantra, tabas, tonggo dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan, perubahan dalam kosakata bahasa dikhawatirkan akan mengakibatkan perubahan terhadap “Daya Spiritual” yang dihasilkan. Sehingga orang berusaha mempertahankan kemurnian kalimat tersebut walaupun sudah di wariskan dari generasi kegenerasi turun temurun.