Anggis Na Linduat
![]()
Jika di dalam bahasa Indonesia ada huruf diftong ai, au, ei, dan oi maka didalam bahasa batak juga ada yang disebut Anggis na linduat. Namun dalam bahasa batak Toba, kedua huruf telah disatukan menjadi satu huruf.
Contohnya :
Au dalam Bahasa Indonesia : Pulau, Danau, Kerbau
Ou dan ei dalam Bahasa Simalungun : Silou, Panei,
Ei dalam Bahasa Karo : Isei, Uei
Sedangkan didalam bahasa Batak kedua huruf telah disatukan, jadi tidak ada anggis na linduatnya lihat contoh berikut :
Indonesia Simalungun Toba
pulau pulou pulo
ramai ramei rame
damai damei dame
Lepau lapou lapo
Ternyata kata Lapo dalam bahasa batak ada juga dalam bahasa Indonesia (lepau), dalam bahasa Simalungun (lapou) dan dalam bahasa Minang (lapau).
Namun dalam dunia kuliner sehari-hari yang sangat dikenal adalah “lapo” mengapa ? Tentu saja ada hal yang khas dalam “lapo” (warung khas batak) dibandingkan “lapou” di Simalungun dan “lapau” di suku Minang.
Hal yang membuat unik antara lain :
- Makanannya.
Pada umumnya makanan di Lapo menyediakan makanan B1 dan B2. Yang biasanya digunakan untuk tambul atau konsumsi sehari-hari. Sehingga menjadi warning dan peringatan bagi yang tidak memakan makanan tersebut.
2. Minumannya.
Umumnya menyediakan minuman keras tuak yang berasal dari pohon Enau, sehingga apabila terlalu banyak minum tuak akan berakibat mabuk dan tidak dapat mengendalikan diri. Di lepau atau lapau mungkin saja ada juga minuman keras seperti tuak, namun ketika di lapo tuak dan gitar bertemu maka lapo semakin semarak.
3. Gitar dan lagu.
Tidak dapat dipungkiri, andung-andung mengilhami lagu-lagu batak yang melegenda, Sehingga ketika terjalin nyanyi bareng di lapo maka tiap orang berusaha menampilkan suara khasnya. Lapo seolah menjadi pendidikan seni tarik suara bagi putra-putra daerah batak. Pada awal-awalnya lagu andung-andung menjadi hit yang digandrungi oleh para pemuda dan kemudian berkembang pada lagu yang populer
Jadi ada nilai plus dan minus dengan adanya lapo ditengah masyarakat, tentunya itu berlaku untuk semua masyarakat namun makanan tambul, minuman tuak dan gitar seolah seperangkat bahan yang saling mengisi untuk menghabiskan waktu atau menghilangkan penat, di sisi lain menjadi ajang mengasah kemampuan tarik suara didepan orang banyak.