Makna simbol Hujur Terhadap Boru Dalam Dalihan Natolu
Hujur didalam Bahasa Indonesia adalah Tombak, yaitu sejenis senjata yang di gunakan untuk bertahan atau menyerang terhadap hewan atau musuh.
Pada jaman dahulu Hujur digunakan sehari-hari untuk mencari sumber makanan dari daging hewan dengan cara berburu. Pada awalnya kelompok masyarakat itu terdiri atas satu marga atau satu keluarga besar marga yang membentuk koloni.
Dengan demikian hasil perburuan seorang pemuda akan menjadi santapan bagi koloni di kampung tersebut. Kemampuan seorang pemuda dalam menggunakan hujur untuk mendapatkan daging hasil buruan, maupun mengalahkan musuh akan membuat si pemuda disegani dan tumpuan harapan bagi Wanita-wanita di wilayah tersebut.
Sebagai ungkapan terimakasih pemuda yang telah diberikan istri maka, pemuda memberikan daging hasil buruannya yang didapatnya, memberikan juga keahliannya untuk melindungi hula-hulanya dengan senjata hujur nya.
Maka inilah dasarnya hujur sebagai symbol Boru dalam adat Dalihan Natolu, dimana akhirnya berkembang menjadi lebih luas dan besar.
Koloni marga Siregar dari muara sebagai boru dari kerajaan limbong memberikan bantuan kekuatan pasukan dari pemberontakan yang merongrong kerajaan.
Sementara itu koloni marga Gultom di Batunadua dan Batu manumpak berusaha membantu hula-hulanya Siregar Sormin di Pearung Pangaribuan dari Serbuan Pasukan Pidari.
Dengan demikian, apabila terjadi Kawin Lari atau Mangalua maka hula-hula akan marah kepada pihak boru karena tidak menjaga borunya agar jangan dilarikan oleh pemuda yang tidak disukai oleh sang ayah.
Apabila dilakukan upacara manuruk-nuruk, maka pihak hula-hula akan lebih dahulu meminta Sangke Hujur kepada pihak laki-laki sebelum pembicaraan adat dimulai.
Sangke Hujur adalah membenahi dan menyimpan hujur, dimana pihak boru sebagai keamanan yang selalu waspada dengan hujur, merasa dilecehkan keamanannya harus diberikan sesuatu pengganti, sehingga hujur pihak boru kandung tersebut disimpan dan diamankan, barulah acara adat dapat dimulai.
Sangke Hujur itu pada budaya sehari-hari diberikan dalam bentuk uang oleh pihak panuruk-nuruk kepada Boru Langsung (Kandung) dari Hula-hula.
Demikianlah pihak boru disimbolkan dengan Hujur atau sebagai pengamanan maupun untuk membantu penghidupan hula-hulanya.