Seni Rancang Bangun Kampung Batak Sebagai Tempat Tinggal dan Benteng Pertahanan

Bila kita melihat struktur  perkampungan batak yang yang diwariskan oleh leluhur maka  kita akan  melihat perpaduan antara harmonisasi alam, kenyamanan tempat tinggal dan kubu pertahanan. Barisan rumah Bolon maupun rumah Sopo  yang tertata berbaris rapi menunjukkan adanya aturan yang dipercaya masyarakat akan manfaat dan kegunaanya, sehingga diwariskan dan dipelihara secara turun temurun.

Pada awalnya Yang menanam Pohon Bambu  atau disebut Parik Ni Huta adalah oleh seorang kepala keluarga yang manosor atau membuka suatu lahan untuk tempat tinggal. Kemudian berkembang memiliki anak yang berkeluarga beranak pinak  dan tinggal berdekatan hingga akhirnya  menjadi satu perkampungan. Kepala Keluarga  pendiri kampung itula disebut  dengan Sisuan Bulu.

Bagian dalam huta dibagi atas beberapa bagian sesuai  besarnya pertapakan rumah berikut pekarangan. Sedangkan halaman  kiri maupun kanan rumah tidak terbatas, kecuali lahan atau porlak dibelakang rumah untuk menanam sayur dan buah-buahan memiliki batas tanah. Diporlak ini lah ditanam Pohon Nangka yang kita kenal dengan Bona Ni Pinasa. Dimana Bona Ni Pinasa menjadi simbol hidup kehidupan orang batak, kemanapun orang batak pergi akan teringat Bona Ni Pinasa yang menjadi Bona Pasogitnya.

Gambar Pohon Pinasa

Bagian bagian dari pohon Nangka menggambarkan kehidupan suku batak. Apabila pohon Nangka di gores maka getahnya akan mengalir  memanjang sampai habis, ini menggambarkan mengingat silsilahnya kemanapun merantau dan selalu kembali kekampung halamannya. Buah Nangka yang berada di dalam Nangka diibaratkan barisan rumah yang ada dalam satu perkampungan. Sekat-sekat diantara buah adalah norma dan aturan yang menjaga hubungan diantara keluarga sehingga saling menjaga dan melindungi antar sesaman penghuni kampung. Sedangkan Kulit Nangka adalah gambaran  pemimpin yang mengayomi dalam satu kampung tersebut.

Pohon nangka yang kuat tersebut melambangkan kuatnya adat batak dipegang dan di jalankan. Itulah sebabnya apabila berpindah pada suatu kampung atau huta yang baru selalu di tanam pohon Nangka sebagai simbol kehidupan dan apabila kembali kepada kampungnya yang lama akan mencari Bona Ni Pinasa yang pernah ditanam dahulu, tentunya sudah besar dan berbuah banyak karena pohon nangka kuat dan dapat bertumbuh hingga waktu yang lama. Itulah sebabnya mengingat tempat kelahirannya disebut mulak tu Bona ni Pinasana.

 

Disebelah kanan gerbang masuk kampung umumnya di tanam Pohon Beringin, sehingga dibawahnya akan ditata tempat duduk ataupun menggunakan alas tertentu sebagai tempat musyawarah yang disebut dengan Partungkoan. Disamping itu juga digunakan untuk melepaskan lelah dari aktifitas sehari-hari. Sedangkan yang menanam Pohon Beringin itu disebut Sisuan Baringin, orang yang berhak menanam pohon Beringin tersebut adalah Tunggane Huta atau Raja Huta. Tunggane Huta atau Sisuan Baringin ataupun Sisuan Bulu adalah Pemegang Kuasa adat di kampung tersebut maka disebut juga Raja Huta, yang mengendalikan kampung demi kesejahteraan penghuninya.

Gambar Pohon Beringin

Dibawah pohon beringinlah segala permasalahan di kampung tersebut di musyawarahkan, seperti pembagian lahan, persidangan, kesalah pahaman,  persiapan adat dan lain sebagainya. Pohon Beringin adalah  simbol kesadaran diri untuk selalu ingat pada hal yang paling mendasar setinggi apapun diri kita berada. Simbol ini pula yang menjadikan orang batak memiliki harga diri maupun kehormatan yang tinggi dan besar walaupun memiliki  materi yang tidak seberapa, itulah sebabnya musyawarah dapat berlangsung ditengah-tengah masyarakat batak. Karena satu sama lain tidak menonjolkan diri karena kemampuan finansialnya tetapi lebih kepada penghormatan, sehingga setiap peserta duduk pada permasalahan dan berada tepat pada tempat yang sebenarnya,  inilah arti Batak yang sejatinya.

Apabila ada pendapat  antara lain Niccolò Da Conti (1395–1469) berkata “ ada suku  Batech (Batak) kanibal hidup berperang terus-menerus kepada tetangga mereka”. Thomas Stamford Raffles mencatat “Suatu hal yang biasa dimana orang-orang(Suku Batak)  memakan orang tua mereka ketika terlalu tua untuk bekerja”. Sungguh sangat tidak proporsianal dengan gaya hidup Suku Batak yang sangat kuat berpegang pada pilosofi luhur, sedangkan pada akhirnya catatan tulisan para pendatang tersebut menjadi catatan sejarah yang tidak lekang oleh jaman.

Suatu hal yang membuat kekuatan musyawarah tidak dapat berjalan adalah sistem Voting, dimana semua peserta merasa berbahagia menunjukkan eksistensinya, namun disisi lain eksistensi tersebut dapat dibeli oleh kapitalis, inilah pula sebabnya Pancasila Sila ke empat  tidak pernah dapat terlaksana, karena pada akhirnya keputusan dimenangkan oleh suara terbanyak. Pada saat ini musyawarah masih hidup berjalan di tengah masyarakat batak namun terbatas dalam kegiatan adat saja seperti Martonggo raja dan lain sebagainya.

Bagian- bagian dari  perkampungan batak  terdiri atas :

  1. Harbangan, adalah pintu keluar masuk kedalam huta, pada situasi adanya ancaman pintu ini dapat ditutup dan memiliki kekuatan kunci atau palang yang dapat dibuka dan ditutup dari dalam.
  2. Parik ni huta, adalah pohon bambu yang memagari dan melindungi penghuni kampung dari ancaman perampok maupun musuh lainnya, parik ni huta juga merupakan simbol tata aturan bagi seisi penghuni kampung. Lapisan parik ni huta terdiri atas lapisan tanaman bambu yang tebal, berduri dan tinggi sehingga akan sulit untuk ditembus dari ancaman perampok maupun pencuri yang berniat menyusup kedalam kampung.
  3. Siala Bane, adalah kuasa Raja Huta untuk menyambut kedatangan orang yang memasuki huta sesuai ketentuan adat.
  4. Hujur, adalah simbol Kuasa Boru dalam bertanggung jawab terhadap fungsi kekerabatan, mengawal dan mengamankan adat istiadat dalam huta.
  5. Losung, disebut juga lesung sebagai tempat menumbuk beras menjadi bahan olahan untuk membuat makanan dimana losung ini di gunakan bersama sesama penghuni kampung.

Sedangkan Bagian Luar Kampung adalah :

  1. Pangulubalang, berada di kanan kiri luar Harbangan, untuk menjaga gerbang masuk kampung secara gaib
  2. Hauma, lahan persawahan penghuni kampung
  3. Pargadongan, adalah bagian perladangan
  4. Pongkalan, adalah bagian penggembalaan ternak
  5. Parburuan, adalah wilayah tempat berburu
  6. Pangabahan, adalah wilayah tempat mata pencaharian, seperti mencari ikan, hasil hutan, perburuan dan sebagainya.

Struktur kampung umumnya adalah membentang dari  Harbangan Selatan dengan barisan rumah ke Utara, Struktur ini sepertinya disesuaikan dengan kekuatan elemen Api yang berada di selatan dan elemen material atau kekayaan di utara.

Kedudukan Rumah Bolon menghadap ke timur dimana Matahari terbit, sehingga cahaya Bincar mata nia ari ( pukul 6 pagi ) hingga Humarang (pukul 11 siang) i akan masuk kedalam rumah melalui pintu jendela  menghangatkan sekaligus membersihkan rumah dengan sinar ultra violet matahari.

Sedangkan Harbangan belakang dirancang hanya dapat dilewati dengan menaiki tangga tertentu, sehingga hewan dari luar tidak dapat memasuki kawasan perkampungan.

Salah satu kampung yang masih memiliki barisan tanaman bambu di sekelilingnya

Salah satu Kampung Batak yang dahulunya di kelilingi oleh Pepohonan Bambu berduri yang rapat dan tinggi. Saat ini yang tersisa hanya satu rumah Sopo yang dahulunya pernah didiami oleh Raja Darius Sibarani semasa hidupnya sebagai ketua Paramalim di Laguboti. Harbangan yang sudah terbuka dan pohon bambu di samping Harbangan di ganti dengan pepohonan bunga pekarangan, dibelakang Rumah Sopo masih kelihatan sisa-sisa  pepohonan bambu.

Adanya Benteng pohon bambu duri yang tebal dan tinggi pada dasarnya adalah mengantisipasi ancaman dari perampok yang sewaktu-waktu dikhawatirkan menyerang, bukanlah dikarenakan suku batak suka berperang. Sise mulani hata, sungkun mulani adat adalah norma aturan yang djalankan dalam kehidupan sesama suku batak dalam bertutur sapa saling menghargai dan saling menghormati, bagaimana mungkin suku batak disebut sebagai suku yang kasar, kanibal dan suka menjadi penyamun.

Previous Article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *