Dolok Pamelean
PERJALANAN PANJANG SIREGAR VII
Siregar Salak Sebagai pendatang baru mendirikan kampung Rantai Omas ditepi Sungai Siguti, Disitulah Ompu Paltiraja Siregar memimpin selama 41 tahun. Dengan cepat marga Siregar mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat pula.
Agar tidak terjadi perselisihan atau perang saudara sesama Siregar, maka Ompu Paltiraja membagi hak otonomy kepada tiga keluarga Siregar seperti yang dilaksanakan oleh Marga Harahap disekitar mereka, yakni :
- Pamannya Ompu Raja Sayurmatua serta anakbuahnya mendirikan Kerajaan Parausorat, termasuk Sialagundi.
- Adiknya Ompu Raja Parlindungan serta anak-anak buahnya mendirikan kerajaan Baringintumburjati, termasuk Bungan Bondar.
- Putranya Raja Pandebosi gelar Ompu Ni Hatunggal serta anak-anak buahnya mendirikan kerajaan Sipirok Godang.
Ketiga kelompok tersebut di beri hak otonomy sepenuhnya diwilayahnya masing-masing di di Sipirok. Sebagai pemimpin dan menjaga hubungan dengan kerajaan lain adalah pemimpin kerajaan Parausorat walaupun umurnya lebih muda dari ketiga lainnya.
Sebagai catatan : Pada saat itu sedang terjadi perang saudara antara pemimpin penguasa Losungbatu dengan penguasa Batunadua dalam perebutan penguasaan daerah Simapilpil.
Ompu Paltiraja mencari cara bagaimana menciptakan suatu Symbol of Unity untuk tiga kerajaan Sipirok buatannya tersebut. Suatu symbol yang dapat diterima oleh marga Siregar yang memiliki temperamen pasaran. Ompu Paltiraja mendapatkannya dalam bentuk Dolok Pamelean dan Upacara Gajah Lumpat.
Di tengah wilayah Sipirok ada sebuah bukit kecil, bukit itu dijadikan sebagai pusat religi dan diberi nama “Dolok Pamelean” artinya Bukit Pengorbanan.
Diatas Dolok Pamelean di tanam satu pohon Beringin (Ficus Religiosa), oleh Ompu Paltiraja. Pohon Beringin tersebut diberi nama: “Bona Ni Asar”.
Dolok Pamelean dengan Bona Ni Asar dinyatakan oleh Ompu Paltiraja, syah merupakan Gunung Pusuk Buhit untuk Keluarga Siregar Salak. Menjadi tangga ke Banua Ginjang.
Diatas Dolok Pamelean disamping Bona Ni Asar yang baru setinggi lutut, Ompu Paltiraja menobatkan dirinya menjadi “Datu Na Hurnuk”, di bawah Datu nabolon di Sianjur Sagala Limbong Mulana.
Nantinya, seluruh pemuda keluarga Siregar akan mengadakan penghormatan sekali setahun kepada Debata Mulajadi Nabolon didolok Pamelean. Semacam upacara Syukuran, dimana terjadi pertemuan antara generasi tua dan muda sambil mengadakan makan Bersama.
Namun dalam kegiatan tersebut, persembahan yang diberikan kepada Debata Mulajadi Na Bolon bukanlah berasal dari hewan, namun seorang anak manusia yaitu pemuda dari salah satu Keluarga Besar Siregar.