Dolok Pamelean Pusat Religi Siregar Salak di Sipirok
PERJALANAN PANJANG SIREGAR X
Dolok Pamelean menjadi bukit tempat menyampaikan permohonan kepada yang Maha Kuasa, sebagaimana masyarakat mengkeramatkan Gunung Dieng di Jawa Tengah, Gunung Olympus di Yunani dan Gunung Arjuno di Jawa Timur.
Dibawah Pohon Beringin (Bona Ni Asar) di Dolok Pamelean, Banyak para Datu (paranormal) membuka praktek pengobatan maupun meramal, dengan cara menendung (menyanyikan mantera).
Praktik menendung dilakukan dengan membakar kemenyan, ditengah aroma asap kemenyan sang datu memanggil dan membacakan mantera dan doanya kemudian masuk dalam kondisi trance, maka dalam kondisi tersebut apa saja yang ditanyakan akan mendapat jawaban. Masa lalu maupun masa yang akan datang, hingga setiap permasalahan yang ditanyakan memperoleh jawaban.
Apabila dilaksanakan upacara ritual di Dolok Pamelean, para raja tiga kerajaan akan duduk di tiga kursi batu singgasana yang disiapkan dibawah pohon Bona ni asar.
Pemilihan untuk menjadi raja hanya dapat disahkan apabila dua raja lain dari Siregar Salak menyetujui, setelah ada persetujuan maka anggota kerajaannya bersama dua raja kerajaan Siregar Salak mengaraknya mengelilingi Dolok Pamelean, lalu di dudukkan diatas kursi kerajaan yang kosong.
Bona Ni Asar (Pohon Beringin) di atas Dolok Pamelean, merupakan Mahkamah Agung paling dijunjung tinggi di dalam tiga kerajaan Sipirok tersebut. Sekali sebulan, tiga raja kerajaan duduk disinggasana batu bermusyawarah mengambil keputusan, secara turun-temurun Raja Parausorat memimpin sidang walaupun memiliki umur paling muda.
Semua vonis Hukuman Mati di wilayah Sipirok sah apabila disetujui oleh tiga Raja Kerajaan Siregar Salak dan di putuskan dibawah Pohon Bona Ni Asar. Itulah sebabnya ada istilah “Sumpah Lalu tu bona ni asar” (artinya: Sumpah Sampai ke Bona Ni Asar dimana disaksikan oleh para Arwah-arwah dari Kurban Dolok Pamelean).
Eksekusi mati bukannya dilakukan di Batu Linggam di bawah Pohon Beringin, tetapi di tepi Sungai Aek Siguti. Air sungai yang memerah oleh darah menjadi peringatan bagi yang melihat agar tidak main-main dengan “Sumpah Bona Ni Asar“.
Dolok Pamelean dihapuskan sebagai pusat religi pada tahun 1816 oleh Tuanku Rao dalam ekspansi Tentara Paderi ke Tanah batak Selatan, sambil menyebarkan agama islam dengan pedang.
Dolok Pamelean dipilih oleh Tuanku Rao sebagai tempat markas Pasukan Padri, sedangkan pohon beringin ditebang dan dijadikan kayu bakar, batu linggam dicabut dengan kuda dan ditarik kesungai kecil sebagai tempat pemotongan hewan.
Dolok Pamelean juga di kikis permukaannya untuk menutup jurang didekatnya hingga tinggal sepertiga tingginya, sehingga menjadi tempat yang terbuka terhadap sekelilingnya.
Tahun 1816 – 1818 Tuanku Rao membangun markas diatasnya.
Tahun 1834 – 1836 Kolonel Elout membangun markas diatasnya.
Tahun 1885 – 1836 Controleur/BB Belanda bertempat tinggal.
Tahun 1805 – 1942 Berdiri Pesanggrahan Sipirok
Kemudian berdiri Kantor Wedana Sipirok. Saat ini menjadi Kantor Pos di Sipirok.
Selesailah sudah kepercayaan Dolok Pamelean menjadi tangga menuju ke Banua Ginjang melalui Ritual Persembahan Kurban Manusia oleh Siregar Salak di wilayah Sipirok.